KUTIPAN DARI SYEIKH MUHAMMAD ABDUH :
ISLAM TERTUTUP OLEH UMATNYA
Oleh : Muhammad Sulthan Amani
Islam,
sangat indah namanya begitupula artinya dan semua cerita tentang umatnya.
Indahnya islam dari berada di dalam isi Al-Quran dan Hadist. Al-Quran
sebagaimana firman Allah SWT sebagai Tuhannya dan Hadist sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul Allah serta Nabi yang patut menjadi suri tauladan
bagi umatnya. Untuk itu, perlu adanya penafsiran dan pengimplementasian semua
tentang apa saja yang dibicarakan didalam Al-Quran dan Hadist tersebut. Nabi
Muhammad SAW di awal dan di akhir hidupnya selalu berkorban dan berjuang
mengatasnamakan umatnya, serta menjadi garda terdepan dalam perjuangan umat
islam.
Di akhir
hidupnya pun, Rasulullah selalu menyebut nama umat dalam sakaratul mautnya dan
bahkan ada Rasulullah berkata kepada Abu bakar As-Shiddiq (salah satu sahabat
Rasul) “Aku sangat Rindu dan ingin bertemu saudara-saudaraku”, dan lalu Abu
Bakar menanyakan heran “Apakah maksudmu berkata demikian, Wahai Rasulullah?
Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” lalu Rasulullah menjawab “Saudaraku ialah
mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka begitu beriman denganku
sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka
kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka”. Sungguh,
sangatlah indah perkataan itu disampaikan seperti tercerminkan dalam
nilai-nilai keislaman sebenarnya. Umatku! Umatku! Umatku! Dalam perkataannya,
begitulah betapa cintanya Rasulullah kepada umatnya. Betapa rela berkorban
Rasul terhadap umatnya sampai beliau berkata dalam akhir hidupnya “Sungguh
sakit sekali Sakaratul maut ini Ya allah, Jika memang ini yang akan dirasakan
umatku kelak. Timpakan segala sakit sakaratul mereka kepadaku!”. Indahnya
Islam, sangatlah indah dalam sebuah penyampaian yang mendalam oleh nabinya dan
indahnya juga terdapat dalam pengorbanan yang begitu dalam demikian Rasulullah
lakukan semua untuk umatnya.
Indahnya
Islam, tak seindah perbuatan dan pola pikiran umatnya dewasa ini. Entah mengapa,
Kutipan dari Syeikh Muhammad Abduh “Islam tertutupi oleh umatnya” menjadi realitas
saat ini, Bahkan negara-negara yang mayoritas muslim sekalipun sangat jauh
dalam kategori kehidupan yang islami. Bagaimana tidak? Negara dengan populasi
muslim minioritas lebih mencerminkan kehidupan islami dibandingkan negara atau
kota dengan populasi muslim mayoritas, sebut saja Paris, London dan
negara-negara eropa lainnya yang sangat menjaga kebersihan, pendidikan,
ketertiban serta perilaku baik dan angka kriminalitas yang minim, walau
diantara masyarakatnya masih melakukan perilaku asusila yang masih jauh dari
nilai-nilai keislaman seperti halnya LGBT yang saat ini legal dalam kehidupan
eropa kebanyakan yang sangat bertolak belakang dengan budaya keislaman. Namun,
adapun Negara atau kota yang merupakan muslim yang mayoritas saat ini yang
masih jauh dari nilai-nilai keislaman. Diantaranya Riyadh, Kairo, hingga
Jakarta sekalipun masih jauh dari kata Kehidupan islami. Riyadh merupakan Ibu
kota Arab saudi yang saat ini masih berkemelut dengan polemik kerajaan, Kairo
adalah Ibu kota Mesir yang diantaranya masyarakatnya masih terbelakang dalam
urusan kepribadian dan perilakunya, Jakarta adalah Ibu kota Indonesia yang
masih saat ini menjadi salah satu tingkat angka korupsi dan angka kriminalitas
tertinggi di dunia serta kebersihan dan daya edukasi yang masih minim diantara
negara atau kota tersebut.
Islam tak
seindah umatnya, Cahaya islam tertutupi oleh tingkah laku umatnya, Kepribadian
umat islam sangat menciderai nilai-nilai keislaman. Sungguh, sebuah kutipan
yang sangat menampar umat islam kebanyakan yang masih belum sadar akan
pengimplementasian nilai-nilai keislaman sebenarnya. Dengan demikian, dalam
rangka amar ma’aruf dan nahi munkar (memberi tahu kebaikan dan mencegah
kemunkaran). Perlu adanya pengevalusian dalam diri umat islam terutama dalam
melihat suatu fenomena kehidupan masyarakat terlebih anggapan intoleran yang
ditujukan kepada umat islam yang sangat bertolak belakang dengan budaya
keislaman. Umat islam harus menjadi pribadi islam, yaitu pribadi yang selalu
belajar menjadi yang terbaik, menjadi berilmu, menjadi berakhlak baik karena sesungguhnya
manusia merupakan tempatnya khilaf, salah dan dosa. Wallahu’Alam Bissawab.
Sumber gambar : https://i1.wp.com/www.alkamalblitar.com/wp-content/uploads/2017/11/doa.jpg?resize=310%2C165
Komentar
Posting Komentar